26 MARET 2025

|

16:10 WIB

KLOP TALKSHOW EPISODE 51: PELESTARIAN DANAU SENTANI SEBAGAI WARISAN BAGI GENERASI MENDATANG

20 Maret 2025  /   BPSDM Kementerian PUPR       56

Jakarta, 20 Maret 2025 – Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Pekerjaan Umum menggelar Talkshow Episode 51 bertajuk Pelestarian Tampungan Air Alami Danau Sentani sebagai Warisan bagi Anak Cucu pada Kamis (20/3). Acara ini diikuti sebanyak 789 orang yang merupakan Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Pekerjaan Umum serta masyarakat umum melalui platform Karya Layanan Online PU (KLOP), yang berfungsi sebagai wadah berbagi informasi terkait pembangunan infrastruktur, teknologi, dan tata kelola sumber daya.

Narasumber utama dalam diskusi ini adalah Lorens Miehell Ngutra, Pengelola Sumber Daya Air Ahli Pertama Ditjen Sumber Daya Air, yang mengangkat permasalahan utama yang dihadapi Danau Sentani. Lorena mengungkapkan bahwa danau tersebut mengalami ancaman serius akibat pencemaran sampah dan degradasi lingkungan. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan menjadi salah satu faktor utama yang memperburuk kondisi danau.

Danau Sentani memiliki peran penting bagi masyarakat sekitar, terutama dalam menunjang kehidupan lebih dari 56.000 penduduk di 25 kampung yang bergantung pada danau ini. Selain sebagai sumber air baku bagi Kota dan Kabupaten Jayapura, danau ini juga berkontribusi dalam menjaga keseimbangan ekosistem serta iklim regional.

Berdasarkan data statistik tahun 2023, kebutuhan air baku di kawasan tersebut mencapai 9,81 juta meter kubik, sebagian besar bersumber dari aliran sungai yang bermuara di Danau Sentani. Namun, meningkatnya konversi hutan menjadi lahan non-hutan telah memperburuk kondisi lingkungan sekitar danau. "Danau Sentani sangat bergantung pada hutan siklot karena dialiri oleh 14 sungai. Jika lahan kritis terus bertambah, maka daya dukung lingkungan danau akan semakin menurun," jelas Lorens.

Selain pencemaran sampah dan alih fungsi lahan, limbah domestik dan industri yang dibuang langsung ke badan air juga menjadi faktor penyebab penurunan kualitas air danau. Dampak lain dari kerusakan lingkungan ini adalah pendangkalan danau. Pada tahun 2007, luas Danau Sentani tercatat 9.360 hektare, namun pada tahun 2021 mengalami penyusutan menjadi 9.356 hektare dengan kedalaman mencapai 51,03 meter.

Lorens menegaskan bahwa kerusakan ekosistem danau tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga berisiko bagi kesehatan masyarakat yang mengandalkan air dari danau tersebut. Selain itu, permasalahan lingkungan yang terus berlanjut dapat memengaruhi aspek sosial-ekonomi masyarakat setempat.

Sebagai langkah mitigasi, Kementerian Pekerjaan Umum melalui Balai Wilayah Sungai Papua telah melakukan berbagai upaya pelestarian, termasuk restorasi danau, pembangunan tanggul, pengelolaan sedimen, penataan kawasan sepadan danau, serta reboisasi dengan melibatkan partisipasi masyarakat.

Lorens juga menekankan pentingnya keterlibatan generasi muda dalam menjaga kelestarian Danau Sentani. “Kesadaran masyarakat sangat krusial. Sebagus apa pun infrastruktur yang kita bangun untuk melindungi lingkungan, jika kesadaran masyarakat masih rendah, maka upaya tersebut tidak akan efektif,”ujarnya.

Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, Balai Wilayah Sungai Papua menggandeng komunitas Jaga Alam dan Nusa Sentani (JANS) dalam berbagai program pelestarian. Komunitas ini aktif dalam membersihkan dan menjaga ekosistem danau.

Upaya pelestarian Danau Sentani merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan generasi mendatang. Dengan kolaborasi yang berkelanjutan, diharapkan Danau Sentani tetap lestari dan dapat terus memberikan manfaat bagi kehidupan di masa yang akan datang.