PENINGKATAN EFISIENSI IRIGASI CARA STRATEGIS PECAHKAN MASALAH KELANGKAAN AIR
Yogyakarta, 29/1 - Lebih dari 75% air digunakan untuk kegiatan pertanian, dengan tingkat efisien penggunaan yang sangat rendah. Oleh karena itu dalam perencanaan peta petak irigasi diperlukan peningkatan efisiensi irigasi yang berperan sebagai salah satu cara strategis untuk memecahkan masalah kelangkaan air, baik di sektor pertanian maupun sektor terkait lainnya. Demikian sambutan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Lolly Martina Martief yang dibacakan oleh Muhammad Nizar Kepala Bidan Evaluasi dan Pelaporan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi, pada pembukaan Pelatihan Perencanaan Teknis Irigasi Tahun 2020 di Balai Diklat PUPR Wilayah V Yogyakarta, Rabu (29/1).
Seperti diketahui, Indonesia telah mengembangkan irigasi seluas 7,2 juta ha sejak peninggalan zaman Belanda sampai dengan 2010. Kondisi jaringan irigasi tersebut telah mengalami kerusakan seluas 1,5 juta ha (22,5%) dimana 0,34 juta ha (5,1%) rusak berat dan 1,16 juta ha ( 17,4%) rusak ringan. Kerusakan tersebut antara lain disebabkan oleh gangguan alam. Sementara, jumlah penduduk Indonesia kurang lebih 250 juta orang, dengan tingkat laju pertumbuhan penduduk sekitar 1,5%. Ketimpangan antara besarnya jumlah penduduk dengan ketersediaan air tersebut bila dibiarkan terus menerus akan mengancam ketahanan pangan nasional yang berakibat pada terganggunya stabilitas masa depan bangsa. Untuk itu diperlukan pembangunan jaringan irigasi baru dan mempertahankan fungsional irigasi yang ada, sehingga proses kegiatan SIDLACOM tetap bisa berjalan.
Oleh karena ketersediaan air menunjang berbagai keperluan, antara lain pertanian, penyediaan air bersih, pembangkit tenaga listrik, dan transportasi, maka pelatihan Perencanaan Teknis Irigasi diharapkan mampu menyelesaikan salah satu permasalahan irigasi yang ada di Indonesia melalui perencanaan teknis irigasi.
Langkah awal dalam pembuatan desain irigasi, adalah membuat peta petak yang merlukan pengetahuan dan keterampilan, karena disamping ilmu, peta petak juga merupakan seni. Selanjutnya dalam merencanakan daerah irigasi juga diperlukan peta topografi yang memuat data ketinggian dan planimetris yang jelas, benar, dan akurat, sesuai dengan kondisi di lapangan. Karena itu dalam proses pembuatan pemetaan harus dipenuhi persyaratan-persyaratan teknis yang telah ditentukan sesuai dengan kaidah–kaidah survey pemetaan.
Dalam pelatihan Perencanaan Teknis Irigasi juga akan dilakukan sertifikasi oleh HATHI. Pelatihan Perencanaan Teknis Irigasi yang dihadiri sebanyak 30 peserta tersebut dilaksanakan pada Rabu (29/1) hingga Rabu (5/2) dan diakhiri dengan pemberian sertifikasi dari HATHI pada Kamis (6/2). Diharapkan pelatihan tersebut mampu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta mengenai Perencanaan Teknis Irigasi dalam menunjang kegiatan SILADCOM.