LOKAKARYA EVALUASI PELATIHAN BIDANG MANAJEMEN UNTUK SEMPURNAKAN PENYELENGGARAAN PELATIHAN
Malang (12/12) - Untuk mendapatkan solusi yang tepat dan implementatif terhadap berbagai permasalahan yang terjadi dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan penyelenggaraan pelatihan bidang manajemen ke depan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyelenggarakan Lokakarya Evaluasi Pelatihan Bidang Manajemen Tahun Anggaran 2019.
Pada lokakarya yang berlangsung di Malang, Kamis (12/12) tersebut aspek yang menjadi obyek monitoring dan evaluasi pelatihan, meliputi kurikulum/modul, peserta, pengajar, pengelola/penyelenggara, dan sarana-prasarana, khususnya untuk pelatihan-pelatihan bidang manajemen yang meliputi Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Pelatihan Kepemimpinan, Pelatihan Bela Negara, dan Pelatihan Manajemen Umum.
Kepala BPSDM PUPR, Lolly Martina Martief, dalam sambutannya mengemukakan hasil monitoring dan evaluasi pelatihan bidang manajemen yang telah diolah dan dianalisis oleh tim evaluator perlu dibahas dan diskusikan bersama. Lingkup monitoring dan evaluasi pelatihan dalam hal ini meliputi kepesertaan, materi, pengajar, penyelenggara, serta sarana dan prasarana.
Dari pemaparan hasil monitoring dan evaluasi pelatihan bidang manajemen, beberapa catatan yang perlu menjadi perhatian, khususnya pada Pelatihan Kepemimpinan dan Pelatihan Dasar CPNS, yaitu perlu adanya standarisasi materi dan penyamaan persepsi/pemahaman antara pengajar, coach, dan penguji. Dengan demikian diharapkan produk aktualisasi CPNS maupun proyek perubahan peserta Pelatihan Kepemimpinan dapat berkualitas sesuai dengan standar dan dapat memberikan kontribusi sesuai kebutuhan organisasi Kementerian PUPR. Selain itu, mengingat banyaknya materi pelatihan yang pembina substansinya dari luar Kementerian PUPR, seperti Lembaga Administrasi Negara (LAN) Kementerian Keuangan, dll, maka materinya perlu disesuaikan dengan muatan lokal dan studi kasus di lingkungan Kementerian PUPR.
Nilai ketercapaian materi juga relatif rendah, yang diindikasikan oleh banyaknya bahan materi yang harus dipelajari dalam waktu yang singkat. Selain itu yang tidak kalah penting, yaitu kesesuaian peserta dengan persyaratan pelatihan. Terkadang realisasi jumlah peserta pelatihan mampu melampaui target, namun ketidaksesuaian peserta dengan persyaratan yang mungkin terjadi dapat menyebabkan tujuan pembelajaran sulit tercapai, karena latar belakang dan pemahaman awal peserta yang berbeda-beda. Oleh karena itu untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pelatihan, juga perlu terus dikembangkan teknik dan metode pembelajaran melalui blended learning dan e-learning. Konten-konten pembelajaran dengan audio visual juga perlu didesain menarik supaya dapat meningkatkan pemahaman peserta pelatihan, sehingga tujuan pelatihan lebih mudah tercapai.
Dalam kaitannya dengan pengajar, penampilan Widyaiswara dalam memfasilitasi proses pembelajaran juga rata-rata mendapat penilaian lebih tinggi dari peserta dibandingkan pengajar non-Widyaiswara. Untuk itu juga dibutuhkan pengembangan kompetensi terkait teknik dan metode mengajar bagi non-Widyaiswara dengan keahlian tertentu yang sering diperbantukan untuk mengajar. Selain itu juga pengembangan kompetensi teknis substantif bagi Widyaiswara pada bidang keahlian tertentu juga perlu terus dilakukan.
Selanjutnya dalam kaitannya dengan sarana dan prasarana, aspek yang perlu diperhatikan, yaitu masalah kebersihan asrama dan konsumsi. Menu makanan yang mencukupi, bergizi dan bervariasi harus selalu dipenuhi oleh penyelenggara pelatihan. Tata laksana pelatihan juga harus diperhatikan, misalnya kesigapan petugas piket dalam memberikan pelayanan di kelas.
Sementara itu, Kapusdiklat Manajemen dan Pengembangan Jabatan Fungsional, Moeh. Adam, berpendapat keberhasilan suatu pelatihan dipengaruhi oleh empat aspek, yaitu: Kurikulum/Modul, Sumber Daya Manusia (pengajar/widyaiswara, peserta, dan pengelola); Sarana dan prasarana; serta pembiayaan. Ketersediaan dan kualitas keempat komponen tersebut sangat menentukan ketercapaian tujuan pembelajaran dalam suatu pelatihan.
Untuk menjamin kualitas penyelenggaraan pelatihan, dibutuhkan kegiatan monitoring dan evaluasi pelatihan untuk mengidentifikasi adanya gap atau permasalahan dalam penyelenggaraan pelatihan, khususnya pada keempat aspek tersebut.
Akan halnya indikator keberhasilan dari suatu program pelatihan, khususnya dalam hal ini pelatihan bidang manajemen, dapat dilihat dari kesesuaian proses dan hasil dengan rencana dan target, serta penggunaan dan pemanfaatan sumber daya yang efektif dan efisien. Pelatihan bidang manajemen ini meliputi Pelatihan Dasar CPNS, Pelatihan Kepemimpinan, Pelatihan Bela Negara, dan Pelatihan Manajemen Umum.
Melalui kegiatan monitoring dan evaluasi pelatihan dapat diperoleh data dan informasi tentang penyelenggaraan pelatihan. Kegiatan monitoring menyediakan data dasar yang kemudian diolah dan dianalisis pada saat evaluasi untuk memposisikan data-data tersebut agar dapat digunakan, sehingga dapat memberikan nilai tambah pada pelatihan tersebut. Selanjutnya melalui lokakarya evaluasi pelatihan bidang manajemen ini dilakukan diseminasi hasil pengolahan data tersebut dan analisisnya kepada para penyelenggara.(Datin)