25 NOVEMBER 2024

|

16:57 WIB

KONSEP OPIP MAMPU TEKAN KERUGIAN DAN TINGKATKAN PRODUKSI PANGAN

15 Januari 2020  /   BPSDM Kementerian PUPR       1209

Bandung (15/1 )- Untuk menyiasati terbatasnya anggaran pada pengoperasian dan pemeliharaan jaringan irigasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menerapkan konsep Pemeliharaan Operasi dan Pemeliharaan Partisipatif (OPIP) sebuah strategi baru dalam pelaksanaan operasi dan pemeliharaan (OP) irigasi yang melibatkan peran serta masyarakat, sehingga pembiayaan dan hasil kerja menjadi lebih efektif dan efisien.


Penerapan konsep OPIP merupakan langkah penting, karena pelaksanaan OP irigasi masih sering terbentur oleh terbatasnya anggaran di tingkat pemerintah daerah. Dalam kaitan itu Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian PUPR melalui Pusdiklat Sumber Daya Air (SDA) dan Konstruksi menyelenggarakan pelatihan OP Irigasi Tingkat Juru yang dilaksanakan di Balai Diklat PUPR Wilayah IV Bandung, Rabu (15/1). 


Pelatihan yang diselenggarakan BPSDM PUPR diikuti 30 peserta dari Dinas PUPR Provinsi/Kabupaten/Kota tersebut dibuka oleh Kepala Pusdiklat SDA dan Konstruksi, Herman Suroyo. Dalam sambutannya, Herman mengatakan air beserta infrastrukturnya memiliki sifat yang sangat vital, karena menentukan kualitas dan kelangsungan hidup masyarakat, memenuhi kebutuhan pangan, menjaga keberlangsungan hidup maupun industri, serta berdampak kepada perekonomian negara. 


OP jaringan irigasi yang baik dalam hal ini akan meningkatkan produksi pangan dan akan memperpanjang umur manfaat infrastruktur irigasi, sehingga biaya kerugian yang harus dikeluarkan akibat rusaknya infrastruktur irigasi dapat diminimalisir. Dengan kata lain kerugian keuangan negara (pemborosan) dapat ditekan dengan penyelenggaraan OP yang baik.


Sesuai dengan Renstra Kementerian PUPR dalam bidang SDA, khususnya infrastruktur irigasi, Kementerian PUPR mentargetkan terbangunnya 15 ribu ha jaringan irigasi baru dan 85 ribu ha rehabilitasi irigasi, termasuk pemanfaatan Bendungan Tapin, Bendungan Bintan Bano, dan Bendungan Rababaka Komplek. Untuk itu, peningkatan kompetensi para juru irigasi sangat diperlukan, karena perannya sebagai ujung tombak dalam keberhasilan kegiatan OP tersebut. 


Untuk itu, pelatihan tersebut diharapkan dapat mengurangi ketidakmampuan secara teknis dalam melakukan kegiatan operasi dan pemeliharaan irigasi, terutama untuk para juru irigasi dan saling berbagi pengalaman serta diskusi dengan para pengajar tentang permasalahan OP Irigasi sesuai dengan prosedur teknis dan peraturan yang ada. (Balai IV Bandung)