21 NOVEMBER 2024

|

13:23 WIB

BPSDM SELENGGARAKAN SHORT COURSE GUNA PENUHI PENGGUNAAN DATA SATELIT UNTUK PREDIKSI BANJIR

19 November 2024  /   BPSDM Kementerian PUPR       37

Yogyakarta, 18 November 2024 – Sebagai negara kepulauan dengan curah hujan tahunan tinggi dan wilayah pesisir padat penduduk, Indonesia sangat rentan terhadap banjir dan kelangkaan air. Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan cuaca ekstrem dan banjir yang berdampak pada kehidupan, infrastruktur, dan mata pencaharian di seluruh negeri. Di samping itu, ketersediaan dan distribusi air merupakan hal krusial, terutama seiring dengan meningkatnya kebutuhan di pusat kota yang terus berkembang dan perubahan iklim yang berdampak pada sumber air di berbagai wilayah.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, maka diperlukan pemberdayaan semua sumber daya dan teknologi yang tersedia untuk meningkatkan kemampuan prediksi serta mengembangkan strategi manajemen banjir yang lebih kuat dan berbasis data. Salah satunya melalui Short Course on the Flood Modelling and Forecasting Using Satellite and Ground Station Data yang diselenggarakan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) melalui Pusat Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Air dan Permukiman (SDAP) di Balai Pengembangan Kompetensi PU Wilayah V Yogyakarta, Senin (18/11).

Kepala Pusat SDAP Alexander Leda dalam sambutannya mengatakan, “Bapak/Ibu, kursus ini dirancang untuk memperdalam pemahaman kita mengenai pemodelan dan prakiraan banjir melalui integrasi data satelit dan stasiun bumi.” Menurutnya, melalui data satelit kita dapat memantau pola cuaca dan lingkungan di wilayah yang luas, sementara stasiun bumi menyediakan data lokal yang penting untuk membuat model banjir yang akurat. Sumber data itu memungkinkan untuk memprediksi banjir dengan ketepatan tinggi, sehingga memiliki waktu yang cukup untuk mempersiapkan diri dan merespons secara efektif.

“Kursus singkat ini merangkum komitmen kami dalam memenuhi penggunaan data satelit untuk prediksi banjir, sehingga dapat memfasilitasi pengembangan sistem peringatan dini banjir yang efektif,” jelas Alexander. Kursus ini merupakan bentuk upaya bersama antara World Meteorological Organization (WMO), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), serta Kementerian PU. WMO sendiri telah mendirikan Pusat Pelatihan Regional di Indonesia sebagai mercusuar pertukaran pengetahuan dan peningkatan kapasitas, serta mendorong kolaborasi dan inovasi di antara para profesional meteorologi dan hidrologi.

Fasilitator dalam kursus ini antara lain Alpon Sepriando dari Direktorat Meteorologi Publik BMKG, Wakhidatik Nurfaida dari Universitas Gadjah Mada, Irfan Sudono dari Direktorat Bina Teknik Sumber Daya Air Ditjen SDA, serta Agung Bagiawan sebagai Ahli Hidrologi. Peserta yang hadir berasal dari Indonesia, Timor Leste, Filipina, dan Afrika dengan jumlah 31 orang hadir secara luring dan 12 orang hadir secara daring. “Semoga kursus ini dapat memperkaya pemahaman dan peran Bapak/Ibu sebagai ahli pemodelan banjir demi menuju masa depan yang lebih aman dan tangguh,” harap Alexander.