MEGENGAN DALAM PERSPEKTIF SOLIDARITAS SOSIAL
Ubur-ubur, ikan lele…
Kalau Ramadhan yaa…puasa lee….!
Surabaya, 27 Februari 2025
Megengan diambil dari bahasa Jawa yang artinya ngempet (=menahan). Tradisi ini masih dilestarikan masyarakat Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur dalam menyambut Ramadhan. Tradisi ini biasa digelar pada minggu terakhir bulan Sya'ban. Lazimnya diselenggarakan dari rumah ke rumah maupun dilakukan secara masal, di masjid/musholla. Di acara tersebut, biasanya disuguhi ambengan (=bongkahan makanan dalam ukuran besar), yang pengerjaannya dilakukan bersama-sama dalam bentuk kerja gotong-royong dan selanjutnya dinikmati bersama.
Makna lain di balik acara Megengan adalah permohonan maaf bagi sesama. Permohonan maaf disimbolkan dengan kue apem, kudapan khas yang terbuat dari tepung beras dan ragi . Apem dalam acara megengan memiliki makna ngafwan atau ngafwun (Bahasa Arab) yang berarti permohonan maaf.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi Megengan berfungsi sebagai ritual memperkuat solidaritas sosial, mengajarkan nilai gotong royong, dan rasa kebersamaan. Prinsip ini juga yang ingin ditanamkan Kepala Balai #KampusPerubahan, Diki Zulkarnaen, S.T., M.Sc beserta jajaran pada Tasyakuran Menyambut Ramadhan 1446 H, Kamis, 27 Februari 2025. Bahwa dengan segala konsekuensi efisiensi anggaran, seluruh pegawai tetap diminta bersinergi secara bertanggung jawab dengan tetap memberikan layanan terbaik bagi masyarakat. Karena itu bukan hanya bentuk pertanggungjawaban akan APBN yang dikelola, tapi juga sebagai konsekuensi moral kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. (SarahAkib)
Nah, #SahabatPU, apa makanan khas di daerah kalian saat menyambut Ramadhan?