19 MARET 2025

|

08:10 WIB

INDONESIA HADAPI TANTANGAN PENGELOLAAN PULAU KECIL DAN KRISIS AIR BERSIH

18 Maret 2025  /   BPSDM Kementerian PUPR       15

Jakarta, 12 Maret 2025 – Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Pekerjaan Umum menyelenggarakan talkshow Episode 49 dengan tema “INTEGRATED WATER RESOURCES MANAGEMENT (WRM) ON SMALL ISLAND” yang diikuti oleh ASN Kementerian PU dan masyarakat umum pada Rabu, 12 Maret 2025. Talkshow dilaksanakan melalui media Karya Layanan Online PU (KLOP) untuk mendukung manajemen aset pengetahuan di Kementerian PU yang menyediakan platform berbagi informasi dan diskusi tentang berbagai aspek pembangunan infrastruktur, teknologi, serta tata kelola sumber daya.

KLOP Talkshow episode 49 menghadirkan dua narasumber utama yang berkompeten di bidang sumber daya air, yaitu Indra Kurniawan selaku Kepala Balai Hidrologi dan Lingkungan Keairan, Direktorat Sumber Daya Air, serta Alexander Leda yang menjabat sebagai Kepala Pusat Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Air, dan Permukiman. Dalam diskusi ini, dibahas berbagai tantangan dan potensi pengelolaan sumber daya air di Indonesia, terutama dalam konteks negara kepulauan yang memiliki karakteristik geografis unik.

Dalam paparannya, Indra Kurniawan menyampaikan bahwa sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki sekitar 17.380 pulau berdasarkan data terbaru dari Badan Informasi Geospasial (BIG) tahun 2024. Angka ini meningkat dari jumlah yang didaftarkan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2022, yaitu 17.024 pulau. Namun, kurang dari 10% dari total pulau tersebut berpenghuni, sehingga menimbulkan berbagai permasalahan, mulai dari kerentanan terhadap bencana alam hingga eksploitasi sumber daya alam.

Pulau-pulau kecil di Indonesia diklasifikasikan berdasarkan Undang-Undang sebagai pulau dengan luas kurang dari 2.000 km², sedangkan pulau terkecil memiliki luas kurang dari 100 km². Pulau-pulau ini tersebar di berbagai wilayah seperti Maluku, Riau, dan Papua, dengan karakteristik yang beragam, seperti pulau karst, atol, dan pulau yang timbul tenggelam akibat pasang surut air laut. Berdasarkan peraturan perundangan, suatu daratan baru dapat dikategorikan sebagai pulau apabila permukaannya tetap lebih tinggi dari pasang air laut tertinggi. Jika hanya muncul saat air laut surut, maka daratan tersebut tidak dapat disebut sebagai pulau.

Salah satu ancaman terbesar bagi pulau kecil adalah perubahan iklim yang menyebabkan naiknya permukaan air laut. Diperkirakan sekitar 115 pulau di Indonesia akan tenggelam pada tahun 2100 akibat pemanasan global. Peningkatan permukaan air laut, khususnya di wilayah Pasifik, terjadi dengan laju 4,7 hingga 5,5 mm per tahun, membuat pulau-pulau kecil semakin rentan.

Selain itu, krisis air bersih menjadi isu utama bagi pulau-pulau kecil. Data dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA) menunjukkan bahwa Indonesia memiliki 2.780 miliar meter kubik air per tahun, namun hanya 4% dari jumlah tersebut tersedia di pulau-pulau kecil. Dari total sumber daya air yang ada, hanya 25% yang dapat dikelola dan dimanfaatkan, terutama untuk kebutuhan irigasi, domestik, perikanan, dan peternakan.

Banyak pulau kecil hanya memiliki sungai intermiten yang mengalir saat musim hujan dan tidak memiliki cekungan air tanah dalam yang melimpah. Jika ada, sumber airnya hanya berupa lensa air yang sangat rentan terhadap eksploitasi berlebihan. Beberapa teknologi sudah diterapkan, seperti desalinasi air laut di Pulau Tidung, namun pemeliharaan pasca-konstruksi masih menjadi tantangan besar karena biaya yang mahal.

Hingga tahun 2019, pembangunan infrastruktur air baku telah mencapai 253 meter kubik per detik, namun distribusinya masih timpang. Sekitar 92% infrastruktur air berada di pulau besar, sementara hanya 8% yang dibangun di pulau kecil dan terluar. Dari data yang ada, 75% pulau kecil masih mengandalkan pasokan air hujan dari daratan terdekat, sedangkan hanya 6% yang memiliki sistem penyediaan air minum (SPAM) skala kecil dan 5% yang menggunakan teknologi desalinasi.

Mengingat tingginya tantangan pengelolaan air di pulau kecil, diperlukan pendekatan Integrated Water Resources Management (IWRM) serta kolaborasi dengan Integrated Coastal Zone Management (ICZM). Dengan perencanaan yang presisi dan berbasis teknologi serta kearifan lokal, Indonesia berpotensi menjadi laboratorium global dalam pengelolaan sumber daya air di pulau kecil secara berkelanjutan.