BPSDM SELENGGARAKAN WEBINAR PENGEMBANGAN SISTEN DRAINASE, IRIGASI DAN PENANGGULANGAN BANJIR PADA LAHAN PASANG SURUT
Palembang, Senin 28 Agustus 2023 - Ekosistem rawa adalah salah satu ekosistem lahan basah alami, baik yang dipengaruhi air pasang surut maupun tidak dipengaruhi pasang surut. Sebagian kondisi airnya payau, atau asin maupun tawar dan memiliki vegetasi unik yang sesuai dengan kondisi airnya. Keberadaan rawa dalam kesatuan ekosistem diteguhkan dalam PP 73/2014 tentang Rawa. Dalam PP tersebut, rawa merupakan wadah beserta air dan daya air yang terkandung di dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami di lahan yang relatif datar atau cekung dengan endapan mineral atau gambut, dan ditumbuhi vegetasi, yang merupakan suatu ekosistem.
Indonesia memiliki rawa yang sangat luas, berkisar lebih kurang 33,4 juta hektar dimana sekitar 60%-nya merupakan rawa pasang surut. Luas sisanya sekitar 40% merupakan rawa lebak atau rawa non pasang surut. Pengembangan rawa di Pulau Sumatera dan Kalimantan dimulai pada awal abad ke dua puluh oleh transmigran lokal/spontan, atau bahkan sudah dikembangkan sebelumnya oleh masyarakat secara swadaya pada saat itu.
Saat ini tujuan pengembangan rawa oleh Pemerintah lebih diutamakan untuk menunjang peningkatan produksi pangan dengan meningkatkan kinerja jaringan rawa yang sudah dibangun sebelumnya. Karena itu, peranan peningkatan rawa untuk pengembangan pertanian di Indonesia menjadi sangat penting, dan dengan mengimplementasikan pengembangan secara bertahap dalam rangka mencapai pembangunan yang berkelanjutan.
Meskipun potensi lahan rawa pasang surut sebagai lumbung pangan dan pertanian masa depan sangat besar, akan tetapi di balik itu tersimpan berbagai permasalahan dalam mengembangkan lahan ini. Masalah utama peningkatan produksi pangan di lahan rawa pasang surut adalah penurunan kapasitas produksi akibat alih fungsi lahan subur, degradasi kesuburan tanah dan produktivitas lahan, ancaman variabilitas dan perubahan iklim, serta belum optimalnya pengelolaan air. Jaringan irigasi rawa pasang surut perlu dikembangkan agar banjir dapat ditanggulangi dan distribusi air berjalan optimal, baik untuk kebutuhan tanaman maupun untuk pencucian lahan (leaching).
Untuk itu, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia PUPR menyelenggarakan webinar pada Senin (28/8) untuk memberikan pemahaman/insight terkait pengelolaan air dan penanggulangan banjir pada rawa pasang surut, dampak perubahan iklim terhadap pengelolaan jaringan irigasi rawa pasang surut serta potensi pengembangan sistem polder. Harapannya agar ASN di lingkungan Kementerian PUPR, akademisi dan masyarakat khususnya yang ada di bidang Sumber Daya Air memiliki pemahaman tentang pengelolaan rawa pasang surut dan dapat turut serta dalam pengembangan dan pengelolaan rawa pasang surut sesuai dengan tugas dan peranan masing-masing.
Webinar dibuka secara resmi oleh Kepala BPSDM Khalawi dan dilanjutkan penyampaian materi dalam dua sesi yakni sesi pertama menguak meningkatnya risiko kekeringan akibat perubahan iklim dan menggagas pengelolaan sumber daya yang berwawasan mitigasi yang disampaikan oleh Dr. Ir. Wanny K. Adidarma, M.Sc. Tenaga Ahli Balai Teknik Bendungan. Materi lainnya penanggulangan banjir pada lahan pasang surut yang disampaikan oleh Prof. Ir. Indratmo, M.Sc., Ph.D Guru Besar Institut Teknologi Bandung serta sesi kedua yang memuat judul pembahasan Potensi pengembangan sistem polder pada rawa pasang surut yang disampaikan oleh F.X. Suryadi, M.Sc., Ph.D. Associate Professor IHE Delft Institute for Water Education dan Lesson Learned Pengelolaan Rawa yang disampaikan oleh Athanasius Donny Firstyadi, ST.,M.Eng PPK Irigasi dan Rawa II PJPA Papua, Balai Wilayah Sungai Papua.
Webinar dipublikasikan via zoom webinar yang dihadiri sebanyak 470 peserta dan streaming Channel Youtube Balai Pengembangan Kompetensi PUPR wilayah II Palembang, dengan berbagai macam kalangan dan profesi. acara berjalan lancar sesuai jadwal yang telah direncanakan tanpa kendala.