Tantangan Implementasi Mekanisme KPBU Dalam Penyelenggaraan Infrastruktur Jembatan, Studi Kasus : KPBU Proyek Penggantian Jembatan Callender Hamilton.
Pembangunan jalan dan jembatan memiliki peran penting sebagai tulang punggung pengembangan konektivitas antar wilayah dalam rangka memperlancar distribusi logistik, akses pendidikan, akses kesehatan, akses informasi dan akses pasar di Indonesia. Konektivitas yang semakin lancar akan mengurangi biaya angkut kendaraan logistik dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Elemen konektivitas merupakan bagian dari sasaran strategis kedua dalam 5 (lima) program utama - Renstra Kementerian PUPR 2020-2024, yaitu “Meningkatnya konektivitas jaringan jalan nasional”. Pada tahun 2022, kinerja bidang bina marga mencapai 98,65% dengan capaian waktu tempuh pada jalan lintas utama pulau (rata-rata) menjadi 2,20 jam/ 100 meter dari target sebesar 2,09 jam/100 meter (sekitar 50 km/jam). Saat ini di Indonesia hingga tahun 2023 memiliki jalan nasional sepanjang 1.9455 buah jembatan (data InviJ 2023).
Dari infrastruktur jalan dan jembatan yang selama ini pernah dibangun oleh Kementerian PUPR, jembatan Callender Hamilton merupakan salah satunya. Jembatan Callender Hamilton (CH) diproduksi oleh Balfour Beatty Power Construction Limited, United Kingdom dan digunakan di Indonesia mulai tahun 1975. Jembatan CH dirancang dengan sangat ekonomis dimana batang-batang utama disusun dari beberapa profil baja siku yang disatukan, dan jumlah baja siku mengikuti gaya yang terjadi pada elemen jembatan. Oleh karenanya, konstruksi jembatan CH menghasilkan dimensi dari rangka batang yang relatif kecil bila dibandingkan dengan jembatan rangka baja tipe lainnya, seperti di Belanda, Austria serta Australia. Pengerjaan konstruksi jembatan CH bisa dikerjakan dengan cepat karena komponennya sudah dirancang di pabrik.
(iNdRo)
